Kamis, 23 Maret 2017

Burung






Sepasang burung terbang
membelah bumi
Sayapnya mengepak
Mengepaskan ketakutan demi ketakutan

Apakah burung-burung itu benar-benar bisa terbang?
Tanyamu berulang

“Tidak!” jawabnya.
Burung-burung itu tidak bisa terbang
Mereka hanya memiliki keyakinan
Kalau mereka tidak akan jatuh

Dan nyatanya, katanya melanjutkan
Mereka tidak pernah takut jatuh

Tidak seperti kau, manusia tolol yang hidupmu penuh dengan ketakutan
Kau tidak lebih pemberani
bahkan dari seekor hewan yang mencuri
sebuah hidangan makan malam.

Selasa, 14 Maret 2017

Ucapan Selamat dari Jakmania untuk Hari Jadi Persib yang Ke-84






Kecintaan saya kepada olahraga, khususnya sepakbola, sudah tidak bisa diragukan lagi. Saya mencintainya sejak dalam perbuatan. Sudah dari sejak kecil saya mencintai si kulit bundar. Pasalnya, ayah saya pernah menjadi bagian dari sepakbola. Tentu meski tidak sampai bermain untuk klub-klub beken Nasional. Hanya pemain kampung. Begitu juga dengan saya.

Bukan hanya kedua orang tua saya, juga dengan semua saudara-saudara saya yang kebanyakan di antara mereka adalah laki-laki, pun menyukai sepakbola. Ayah saya adalah penggemar Del Piero, seoran striker kawakan yang dimiliki oleh klub asal Turin, Juventus. Ibu saya adalah penggemar Raul Gonzales, juga seorang penyerang yang dimiliki oleh klub asal Spain, Real Madrid. Dan saudara-saudara saya, mereka adalah pendukung beberapa tim liga Inggris seperti Liverpool, Manchester United dan Arsenal. Sedangkan saudara anak laki-laki dari kakak ibu yang pertama, ia adalah satu-satunya penikmat permainan Inter Milan. Dan untuk klub tingkat Nasional, sebagai warga Jawa Barat, sudah barang tentu mereka menggemari klub yang dipimpin oleh pelatih legenda, Djajang Nurjaman, Persib Bandung.

Bagaimana dengan saya?

Saya adalah penggemar beberapa tim dari beberapa negara. Di liga Inggris, saya menyukai Liverpool. Di liga Spanyol, saya adalah seorang Cules, nama suporter dari klub asal Catalonia, FC Barcelona. Dan di Bundesliga Germany, saya menyukai Dortmund. Saya tidak mempunyai keinginan untuk mendukung klub-klub Italy. Tapi dulu, saya pernah menyukai gaya permainan dari seorang gelandang serang yang dimiliki Inter Milan, Recoba. Dan setelah Recoba memutuskan untuk menggantung sepatu, saya tidak lagi menjadi bagian dari sepakbola Italy.

Lalu bagaimana di antara tim-tim yang saya sukai dari beberapa negara tersebut bertemu atau bertanding di sebuah liga Champions atau Europa? Tim mana yang akan saya dukung?

Sejatinya, saya adalah pendukung FC Barcelona. Saya menyukai klub Catalonia itu bukan semata-mata karena memiliki seorang pemain penuh magis, Lionel Messi. Bukan. Tapi karena gaya permainan mereka yang sering kali disebut sebagai permaianan Tiki-Taka. Gaya permainan dengan umpan-umpan pendek satu-dua. Hal itulah yang membuat saya jatuh cinta pada FC Barcelona. Dan karena hak itu juga, jika di antara klub-klub yang saya sukai saling bertanding, maka saya akan menjadi pendukung FC Barcelona.

Sedangkan untuk tingkat Nasional, saya adalah seorang Jakmania. Saya adalah satu-satunya pendukung Persija Jakarta di lingkaran keluarga. Apa yang menyebabkan saya memilih untuk mendukung Persija dan bukan Persib, saya tidak pernah tahu. Saya hanya mencintai Persija. Itu saja. Tidak ada alasan tertentu kenapa saya lebih mendukung Persija ketimbang Persib. Meski demikian, sebagai warga Jawa Barat, bukan berarti saya membenci Persib. Saya me-respect seluruh elemen yang menjadi bagian dari tim asal Bandung itu. Sebab di antara ribuan pendukung Persib, mereka adalah keluarga dan teman-teman saya. Mana mungkin saya bertindak ngehe kepada mereka hanya karena berbeda dalam hal mendukung tim sepakbola. Dalam sepakbola mungkin ada hal-hal politis yang tidak diketahui semua pendukung, tapi bukan berarti para pendukung harus bersikap politis juga. Maksud saya, bukan berarti para pendukung tim harus bertindak macam orang yang berbeda pilihan dalam memilih pilihan politiknya masing-masing seperti memusuhi sampai saling serang, meski nyatanya, masih ada di antara mereka yang melakukan tindakan demikian. Hal itu juga yaang membuat saya sebal kepada sepakbola Indonesia, yang dalam hal ini adalah suporter.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah saya ingin mengucapkan selamat atas hari jadi Persib Bandung yang ke-84. Sebab Persib, dilihat dari usia, adalah adik dari Persija Jakarta. Persib hanya terpaut kurang lebih 4-5 tahun lebih muda ketimbang Persija. Sebagaimana seorang kakak, saya mendoakan yang terbaik untuk Persib, termasuk untuk mengembalikan kejayaannya saat menjadi juara liga Indonesia yang mereka capai pada tahun 2014. Saya ucapakan selamat juga atas kado ter-wah dari manajemen yang mendatangkan pemain gelandang kelas dunia yang pernah bermain untuk klub-klub papan atas Eropa seperti Chelsea dan Real Madrid, Michael Essien. Kedatangan Essien bisa jadi merupakan kebangkitan sepakbola Indonesia yang sebelumnya juga kedatangan pelatih asal Spanyol yang pernah bermain untuk FC Barcelona, Luis Milla.

Hal ini semoga bisa memotivasi klub-klub Indonesia untuk mengikuti langkah Persib dalam hal mendatangkan seorang pemain kelas dunia. Tentu juga agar memotivasi para pemain Indonesia untuk giat berlatih agar bisa bersaing dengan pemain-pemain sekelas Essien. 

Dan juga untuk Persija Jakarta yang hari ini resmi berpindah kepemilikan saham yang sebelumnya dipegang oleh Ferry Paulus menjadi dipegang penuh oleh Gede Widiade. Atas kepindahan kepemilikan saham Persija Jakarta ini semoga bisa menjadikan klub asal Ibu Kota menjadi pesaing kuat bukan hanya untuk tingkat Nasional, tapi Asia. Kami--Jakmania--mengharapkan kejayaan yang pernah dicapai klub bisa terulang.

Sabtu, 11 Maret 2017

Dini Hari yang Menyedihkan






Sebelum tidur, saya ingin menulis atau menceritakan sesuatu kepada Anda. Mohon bacalah dengan seksama.

Saya sedih dengan perilaku saya sendiri. Saya tidak bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Seperti teman-teman saya. Seperti orang-orang yang dekat dengan saya. Mereka bisa memanfaatkan waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan menyenangkan dan tentu memiliki esensi untuk mendapatkan nilai kehidupan yang lebih agung. Lebih luhur tinimbang dengan kegiatan-kegiatan yang sering kali saya lakukan.

Kadang saya merasa bosan atas semua yang telah saya kerjakan. Meski pada akhirnya saya tahu kalau saya tidak pernah mengerjakan apa-apa. Sering kali saya mendapatkan masa di mana saya berpikir dan menyesali atas semua tingkah dan tindak saya dalam menjalani hidup. Dan sering kali sebaliknya, saya merasa kalau semua yang saya kerjakan adalah sesuatu yang baik bahkan lebih dari yang dilakukan orang lain.

Dilihat dari itu, saya merasa terlahir sebagai manusia adalah sebuah bencana yang luar biasa dahsyatnya. Apa lagi setelah tumbuh menjadi manusia dewasa. Tumbuh menjadi seorang manusia dewasa membuat hidup serasa hanya menawarkan luka-luka. Dalam bentuk apapun. Pendidikan, asmara, kehidupan sosial, agama, ekonomi, dan lain sebagainya kadang menjadi tanggungan yang begitu berat. Dan hal-hal itu membuat manusia, yang dalam hal ini adalah diri saya pribadi, menyesali sebuah kelahiran yang bagi sebagian orang adalah nikmat tiada tara.

Saya tidak mengerti apakah menjadi ada dan lahir ke dunia adalah benar-benar sebuah kenikmatan atau justru malah sebaliknya. Betapa masalah demi masalah, persoalan demi persoalan, datang bagai hujan yang deras sekali. Sedangkan saya dan Anda tidak memiliki rumah bahkan payung untuk menahan basah dan dinginnya. Membuat kita menjadi gigil kedinginan. Dan lambat laun, terkapar menjadi beku bagai es.

Saya tidak pernah benar-benar meyakini kalau lahir ke dunia adalah sebuah kenikmatan. Bahkan saat tidak ada sesuatu yang saya kerjakan tapi menuntut sebuah bayaran dari mana dan siapa saja. Mungkin dari orang tua. Tapi orang tua, sialnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa dari anaknya. Tapi apakah orang tua menganggap itu sebagai beban? Jelas mereka akan menganggap itu sebagai sebuah beban. Mereka hanya tidak pernah mengatakannya.

Tentang predikat saya sebagai pelajar, misalnya. Apakah menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang berharga hanya karena tidak semua orang bisa mendapatkannya? Apakah segala sesuatu yang berharga adalah sesuatu yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang? Apakah sesuatu yang berharga bisa disimpulkan sesederhana itu? Kalau memang seperti itu, kenapa di antara kami, setelah lulus dan menjadi sarjana masih banyak yang menganggur bagai orang yang tak berharga? Bukankah mereka telah mendapatkan sesuatu yang tidak semua orang bisa dapatkan?

Saya sedih dan kesal karena telah menjadi saya.

Sebagai seorang mahasiswa, seharusnya banyak sekali yang akan saya kerjakan. Mungkin tidak ada waktu bagi saya untuk berleha. Waktu saya habis untuk mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh setiap dosen dari setiap mata kuliah. Dan bahkan, mungkin, saya tidak memiliki waktu untuk menulis ini. Tapi nyatanya, banyak sekali waktu yang saya lewatkan begitu saja. Mendengarkan musik yang tidak berujung pada kebaikan masa depan saya, menonton film yang tidak menghidupi pertumbuhan ekonomi saya, dan masih banyak lainnya.

Saya tidak bisa melakukan seperti hal-hal yang dilakukan oleh Anda. Menulis status yang menandakan kalau saya sedang mengerjakan tugas, membuat story instagram yang membuktikan kalau saya sedang mengerjakan tugas, dan memosting gambar sebuah laptop dan tumpukan buku-buku yang membuktikan kalau saya benar-benar sedang mengerjakan tugas. Saya tidak bisa melakukan itu semua karena saya tidak melakukannya. Saya tidak mengerjakan tugas sebagaimana seorang mahasiswa.

Saya berbeda dengan Anda, tapi tidak lebih baik. Saya menganggap apa yang saya kerjakan adalah hal-hal sepele sehingga membuat Anda tidak perlu merasa lebih hina dari pekerjaan saya. Dan hal itu juga yang membuat saya bertanya kenapa Tuhan melahirkan saya ke dunia?

Saya sedih dan kesal karena telah menjadi saya.

Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (Keraguan)

Kau menulis sebuah cerita sedih dan membagikannya ke lini masa dengan harap orang-orang ikut merayakan apa yang sedang kau rayakan. Tapi ...