Selasa, 20 Juni 2017

Hidup yang Penuh Mimpi



Tercipta bukan menjadi hewan atau tumbuhan membuat saya mudah sekali bermimpi. Hingga dewasa ini, ada banyak hal yang saya inginkan atau impikan dan berharap suatu nanti bisa menjadi kenyataan.
 

Tidak mudah memang dilahirkan sebagai manusia. Semenjak usia terus bertambah dan saya tumbuh besar, maka semakin bertambah dan besar pula sesuatu yang saya ketahui di dunia ini. Hal itu akan terus saya dapatkan dan membuat saya tidak lelah untuk selalu bermimpi.


Bermimpi memang bukan perkara yang sulit macam mendapatkan cintamu. Sama sekali tidak. Bahkan saya hanya perlu memejamkan mata untuk mendapatkannya. Atau berada di kesunyian sambil mendengarkan musik dan menikmati segelas teh hangat saat musim hujan. Saya bisa bermimpi sesuka saya.


Bermimpi juga tidak hanya harus tentang sesuatu yang masuk akal. Dalam mimpi, saya akan dengan mudah mendapatkanmu. Saya bisa membayangkan atau mengandai bagaimana saya bisa melihat betapa kau sangat takut kehilanganku. Dan itu ternyata adalah sesuatu yang saya sukai dan membuat saya ingin terus bermimpi. Bahkan sampai lebih parah lagi, saya merasa akan lebih baik jika harus meninggalkan kenyataan dan menjalani hidup dalam mimpi.


Mimpi saya, dalam kenyataan, kadang adalah sesuatu yang mungkin tidak pernah masuk akal. Kadang saya harus terpaksa menaruh dulu rasional dan mengedepankan imajinasi hanya untuk sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Misalnya saja, saya memberikan hadiah ulang tahun kepadamu berupa lautan dan sepotong senja dalam amplop. Lalu kau membukanya perlahan-lahan, sampai semburat cahaya keemas-emasan menyilau di matamu. Persis seperti yang dilakukan oleh Sukab kepada Alina dalam sebuah cerita. Dan kau bahagia.


Bukankah itu adalah sesuatu yang tidak mungkinnya bukan main? Tapi kadang, saya merasa hal itu suatu nanti akan bisa terjadi. Tidak tahu kenapa, saya selalu merasa apapun yang saya impikan, maka hal itulah yang akan benar-benar terjadi. Seperti de javu.


Tapi karena saya merasa akal saya masih baik-baik saja, biarlah sesuatu yang tidak mungkin itu tetap hanya menjadi kemungkinan. Masih ada banyak impian lain yang lebih masuk akal dan barangkali mudah dicapai. Salah satunya adalah memiliki kedai kopi sekaligus perpustakaan dan toko buku dalam 2-3 tahun ke depan.


Kenapa kedai kopi dan perpustakaan dan toko buku? Saya tidak punya jawaban yang cukup baik untuk kamu dengar. Saya memilih itu hanya karena saya senang berada di kedai kopi. Bukan untuk mencicipi berbagai macam kopi yang ditawarkan. Saya tidak paham betul dalam hal itu. Bahkan untuk mencium aroma kopi yang nikmat. Karena saya sudah terlalu biasa menikmati kopi siap saji.


Saya hanya merasa bahagia saja ketika berada di kedai kopi bersama teman-teman saya meski hanya memesan kopi tubruk, misalnya. Tidak menjadi masalah.


Kemudian perpustakaan dan toko buku. Pertama perpustakaan, saya sering kali merasa berada di kedai kopi dan menikmati kopi tanpa hal-hal esensial rasanya hanya membuang-buang waktu saja. Saya ingin setiap detik waktu yang saya lalui harus menghasilkan, apapun itu tak terkecuali pengetahuan.


Kita semua tahu, buku adalah jendela dunia. Saya bisa berjalan-jalan ke mana saja tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Saya juga bisa mendapatkan sesuatu yang saya butuhkan dengan hanya membuka buku dengan judul yang saya cari, dan saya akan mendapatkannya. Sesederhana itu. Dan karena kesadaran itu saya ingin kedai kopi saya nanti bisa memberikan pengetahuan kepada saya khususnya, kepada pengunjung umumnya.


Terakhir adalah toko buku. Saya tahu betul ada banyak toko buku di setiap kota di Indonesia. Ada banyak pula perpustakaan yang berdiri untuk membantu pelajar dalam mencari referensi. Saya tahu dan saya mengerti. Tapi kadang ada saja orang yang berpikir lebih baik memiliki daripada meminjam. Dan toko buku macam Gramedia atau Salemba, misalnya, tidak selalu menyediakan buku yang sedang dibutuhkan. Dan saya ingin sekali membantu mereka, orang-orang yang sulit sekali mendapatkan buku-buku yang sedang mereka butuhkan, agar bisa mendapatkannya dan segera menyelesaikan, mungkin tugas-tugas sekolah atau kuliah.


Namun lebih jauh daripada itu, ada hal lain kenapa saya ingin sekali bisa memiliki ketiga hal di atas: kedai kopi sekaligus perpustakaan dan toko buku. Ada banyak teman-teman saya di kampung yang tidak memiliki pekerjaan. Sebagian bekerja karena terpaksa oleh keadaan meski sebenarnya ia tidak menyukai pekerjaan itu. Dan saya harus menyelamatkan mereka.


Bukan saya ingin terlihat gagah. Sama sekali bukan. Saya hanya tidak rela melihat mereka hidupnya terus-menerus seperti itu. Maksud saya sudahlah bekerja di pabrik itu menjadi pengalaman orang-orang tua kita saja. Dan kita, sebagai anak-anaknya, tidak perlu merasakan hal yang sama. Kita harus bisa terlihat lebih baik dari orang tua kita. Setidaknya begitu.


Saya masih bermimpi. Dan saya percaya, suatu nanti mimpi itu akan menjadi kenyataan. Memang harus menjadi kenyataan. Dan kalian yang memiliki mimpi, jangan pernah lelah dan menyerah untuk menggapainya. Kalian harus buktikan bahwa mimpi kalian akan menjadi kenyataan. Setidaknya kalian harus memiliki keyakinan itu.








1 komentar:

Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (Keraguan)

Kau menulis sebuah cerita sedih dan membagikannya ke lini masa dengan harap orang-orang ikut merayakan apa yang sedang kau rayakan. Tapi ...