Selasa, 04 April 2017

Catatan Kaki Sebagai Perpustakaan Sekaligus Toko Buku Online






Catatan Kaki memang sedang merangkap mejadi toko buku online. Namun sampai sejauh ini belum ada satu buku pun yang berhasil dijual. Menyedihkan sekali. Karena hal itu, awalnya saya berpikir lebih baik berhenti menjual buku. Tapi saya coba pikir kembali, apa salahnya untuk terus menjual buku. Lagipula saya tidak repot-repot amat dalam mempromosikan buku-buku yang saya atau Catatan Kaki jual. Hanya tinggal memostingnya di media sosial dan setelah itu menunggu sampai ada manusia khilaf yang mau membeli di toko saya. Hanya itu.

Namanya juga baru lahir, tidak mungkinlah Catatan Kaki akan menandingi toko-toko buku online yang sudah memiliki nama besar semacam Dema Buku, Buku Akik dan Berdikari yang kemarin diwawancara itu. Mungkin kalau akan sebesar mereka Catatan Kaki bisa. Asal bersabar dan tetap bahagia.

Awal mula lahirnya Catatan Kaki adalah karena iseng. Waktu itu bulan Ramadan. Saya mendapatkan libur panjang dan pulang ke kampung. Menunaikan ibadah puasa di rumah. Melihat geliat kawula muda di kampung yang menghabiskan waktu sorenya dengan main motor ugal-ugalan atau pergi ke sebuah tempat yang minim manfaat, akhirnya saya memutuskan untuk membuka lapakan baca buku gratis di halaman masjid di kampung. Karena bulan Ramadan, maka kami namai kegiatan kami #Ngabuburead.

Kegiatan kami tentu mendapatkan banyak apresiasi. Meski apresiasi itu hanya sebagai bentuk dukungan saja, tidak ada keterlibatan di dalamnya. Bahkan untuk mendatangi lapakan kami saja sepertinya enggan. Atau mungkin, husnudzon saja, tidak memiliki waktu. Sehingga hanya anak-anak kecil yang baru pulang mengaji yang mengunjungi lapakan kami.

Lapak baca buku gratis di kampung hanya bertahan sampai setengah bulan Ramadan. Kami masuk dan pindah ke kota. Berharap mendapatkan banyak pengunjung meski pada akhirnya sama saja. Tidak ada sama sekali. Berbeda dengan ketika membuka lapak di kampung yang masih didatangi pengunjung meski hanya anak-anak, selama di kota kami sama sekali tidak pernah mendapatkan pengunjung. Yang ada malah dari petugas patroli yang mengusir kami sambil mengisap sebatang rokok. Hajinguk!

Hasilnya kami hanya bertahan selama satu Minggu saja. Kami menyerah. Saya berpikir betapa kami hanyalah setitik kotoran di dunia. Tidak lebih penting dari kemacetan dan ketergesa-gesaan.

Tetapi ternyata saya adalah manusia yang ambisius. Saya tidak pernah benar-benar menyerah. Saya buktikan hal itu dengan melanjutkan membuka lapak baca buku gratis. Bahkan keinginan saya untuk membuka lapak baca buku gratis semakin ‘bergerilya’. Saya tidak hanya membuka lapakan dengan Catatan Kaki tetapi juga dengan beberapa perpustakaan jalanan lain seperti Pustakaki Purwakarta dan Perpustakaan Jalanan Karawang. Sebab saya ingin membuat manusia sadar kalau ternyata buku telah menyelamatkan--setidaknya begitu bagi saya--hidup saya dari ancaman kehidupan yang kejam. Sangat kejam.

Tidak perlulah saya membahas Pustakaki Purwakarta dan Perpustakaan Jalanan Karawang. Tulisan ini hanya untuk Catatan Kaki.

Sesuatu yang baru lahir akan menjadi asing. Begitulah sekiranya penilaian saya mengenai Catatan Kaki yang mulai merangkap menjadi toko buku online. Dan untuk menjadi besar sebagai sebuah toko, maka yang dilakukan adalah tidak berhenti berjuang. Saya percaya buku akan menyelamatkan hidup saya. Dan hal itu benar-benar telah saya rasakan.

Menjual buku, bagi saya, persis seperti saya membuka lapak baca buku. Bedanya menjual tidak gratis. Orang-orang perlu mengeluarkan sedikit uang untuk mendapatkan buku. Dan harga satu buku tidak lebih besar nilainya ketimbang dengan sesuatu yang akan kita dapatkan di dalamnya.

Saya membayangkan, suatu nanti, Catatan Kaki akan bersaing dengan perannya sebagai komunitas perpustakaan jalanan dan toko buku online dalam dunia usaha melumpuhkan kebodohan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (Keraguan)

Kau menulis sebuah cerita sedih dan membagikannya ke lini masa dengan harap orang-orang ikut merayakan apa yang sedang kau rayakan. Tapi ...