Jumat, 21 April 2017

Senioritas: Hal yang Membuat Seseorang Bodoh



“...tapi mereka adalah senior kita,” kata seorang lelaki tanpa nama. “Mereka adalah kebenaran. Kata-kata mereka lebih dari kata-kata yang keluar dari mulut seorang penyair.”

Seseorang yang lain bernama L mengisap selinting ganja hingga pipinya kempot. Lalu mengembuskan asapnya ke udara, “apakah mereka juga lebih kuasa dari doa?”

“Tentu, the seniors is a god, man!”

Burung-burung meninggalkan ranting pohon. Mereka terbang membelah langit. Memotong segumpal awan untuk mencari kembali kata-kata bajingan yang baru mereka dengar dari lelaki tanpa nama tadi.

Sedangkan L telah berhasil menciptakan bentuk lingkaran dari embusan asap ganjanya. “Kau lihat bagaimana asap ini bisa membentuk sebuah lingkaran?”

Ia mengangguk, “lalu?”

“Bagus! Setidaknya kau telah melihat sesuatu yang lebih baik ketimbang dengan sesuatu yang baru saja kudengar.”

Di sebuah jalan di depan halaman rumah mereka, terlihat seorang lelaki berkepala botak menggunakan pakaian kaus oblong berwarna putih dan celana gauko loreng-loreng dan beralas kaki sandal sedang berjalan-jalan menikmati hari yang mulai senja dengan seekor anjing jenis Golden Retriever yang diikat lehernya dengan tali.

“Anjing yang penurut.”

“Anjing jenis Golden Retriever, kan, seekor anjing pemburu yang kadang dipekerjakan sebagai anjing pelacak narkoba.”

“Benar, ia adalah anjing penuntun,” sebentar setelah L mengisap ganjanya. “Sering kali ia adalah imam untuk membantu pihak keamanan dalam menyelesaikan masalah.”

“Hahaha, kau benar juga. Tetapi sekarang anjing itu sedang jadi makmum tuannya, kan?”



L menatap muka lelaki tanpa nama itu sebelum kemudian mengatakan sesuatu yang penting--setidaknya bagiku--yang tidak boleh kamu lewatkan begitu saja, “Apakah kau melihat sesuatu dari peristiwa itu?”

“Maksudmu?”

“Ya, apakah dengan melihat peristiwa seekor anjing yang sedang dituntun tuannya itu kau seperti sedang melihat dirimu sendiri?”

“Kau ini ngomong apa, sih? Pasti ini efek dari ganja itu.”

L menarik napas pendek-pendek, lalu mengeluarkannya bersamaan dengan sebuah kalimat yang keluar dari mulut beraroma ganja, “Sikapmu yang mengagung-agungkan senior tidak lebih baik….”

Tapi sebelum kalimat itu berakhir, telinga yang menempel di sisi kiri dan kanan lelaki tanpa nama itu sudah meleleh seperti es yang terpancar sinar matahari. Dan… mungkin telah memukul gendang telinga kalian juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (Keraguan)

Kau menulis sebuah cerita sedih dan membagikannya ke lini masa dengan harap orang-orang ikut merayakan apa yang sedang kau rayakan. Tapi ...